banners
Selamat Datang Di Tabloid Ananda Ceria
Home » » Mendongeng, Alternatif Baru Terapi Komunikasi pada Balita

Mendongeng, Alternatif Baru Terapi Komunikasi pada Balita

Written By Performa on Senin, 11 Juni 2012 | 23.49



Andara sangat resah dengan kondisi putri kesayangannya, Dissa. Betapa tidak, di usianya yang menginjak 3 tahun Dissa belum mampu berkomunikasi dengan baik. Ocehan yang dia keluarkan hanyalah seperti suara kicau burung bahkan terkadang laksana bahasa planet. Tentu saja Andara sangat kuatir putrinya menderita gagal bicara. Beberapa teman menyatakan bahwa Dissa mengalami gejala autisme. Apapun namanya, Andara tetap resah. Andara sudah mencoba membawa putrinya terapi kepada ahlinya, hasilnya lumayan terdapat perkembangan, namun masalah baru timbul di mana Dissa mulai enggan diajak keluar rumah. Akhirnya atas info salah seorang teman, Dissa disuruh melakukan terapi dongeng, yaitu mendengarkan dongeng setiap hari. Dan sang pendongen tak lain tak bukan adalah mamanya sendiri. Ternyata terapi tersebut cukup ampuh. Tak lebih dari dua bulan, Dissa sudah mampu menyebutkan lebih dari 10 kosa kata baru setiap minggunya.

Ya, mendongeng yang sering dijadikan hiburan bagi anak-anak, ternyata memiliki multi fungsi. Satu di antaranya adalah sebagai metode terapi komunikasi bagi anak yang terlambat bicara. Kompleksitas bahasa yang dikemas dalam dongeng terbukti mampu meningkatkan stimulus saraf bicara pada anak. Intonasi dongeng yang khas juga mampu mempengaruhi pola perkembangan verbal anak. Bayi dan balita belajar komunikasi verbal melalui segala yang dia tangkap lewat organ pendengarannya. Pada usia tertentu mereka cenderung berusaha menirukan dan mengerti kosa kata yang dia tirukan.

di beberapa Negara maju, mendongeng sudah diterapkan kepada janin sejak masih dalam kandungan. Janin usia 4 bulan sudah mulai memiliki organ-organ sensori dan juga telah tumbuh jaringan otak. Perkembangan kognitif janin juga sudah dimulai sehingga janin mampu merespon suara meskipun melalui sinyal gelombang elektromagnetik yang tertangkap dan tentu saja belum mampu diterjemahkan ke dalam sebuah arti kata. Namun dongeng yang bersifat kaya kata tersebut mampu merangsang sisi kognitif janin.

Penelitian yang pernah dilakukan pada peserta didk kelas I sebuah sekolah dasar di Indonesia, menunjukkan hasil bahwa kemampuan berbahasa, merangkai kata dan berkomunikasi siswa meningkat tajam seiring dengan frekuensi diberikannya dongeng kepada para siswa tersebut. Penelitian lain membuktikan bahwa seorang anak yang dibacakan dongeng sebelum tidur sejak usia dini memiliki kemampuan berkomunikasi dengan kosa kata yang lebih banyak.
Dari hasil penelitian juga diperoleh kenyataan bahwa kemampuan verbal sangat terkait dengan seringnya anak menerima kosa kata dan variasi jenis kota kata tersebut.

(Lioni Ellis Handoyo)

0 komentar:

Spoiler Untuk lihat komentar yang masuk:

Posting Komentar

 
Copyright © 2011. Ceria Ananda . All Rights Reserved.
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template modify by Performa